Pentingnya Perdagangan bagi UMK di Sektor F&B Indonesia
Febrero 9, 2023  //  DOI: 10.35497/559129
Hasran Hasran, Dr. Krisna Gupta

Metrics

  • Eye Icon 22 views
  • Download Icon 0 downloads
Metrics Icon 22 views  //  0 downloads
Pentingnya Perdagangan bagi UMK di Sektor F\u0026B Indonesia Image
Abstract

Pada tahun 2019, industri makanan dan minuman (food and beverage atau F&B) memberi sumbangan terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia dan mengalami pertumbuhan secara rerata 7,78%, tertinggi dibandingkan industri non-minyak dan gas (non-
migas) lainnya. Industri ini juga menjadi satu-satunya industri non-migas yang mencatat surplus perdagangan. Di tahun tersebut, impor oleh industri ini menurun secara rerata 0,1% per tahun, sementara ekspornya meningkat secara rerata 0,7% per tahun.

Sektor F&B menyerap jumlah tenaga kerja terbanyak di antara sektor non-migas lainnya pada tahun 2019. Meski jumlah pekerja perempuan di perusahaan F&B berskala besar dan menengah hanya mencapai sepertiga (36%) dari total jumlah pekerja, mereka membentuk lebih dari separuh pekerja (56% di industri makanan dan 58% di industri minuman) di Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

Barang setengah jadi sangatlah penting bagi industri F&B, dan impor barang-barang ini akan meningkatkan produktivitas maupun ekspor. Kendati demikian, impor barang setengah jadi masih belum menjadi kebijakan yang populer bagi kementerian-kementerian teknis yang mengatur sektor F&B. Kementerian Pertanian (Kementan) ingin mengurangi impor dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berencana untuk mengurangi kebergantungan pada impor barang setengah jadi untuk sektor F&B dengan memperkuat industri hulu.

Barang setengah jadi sangatlah penting bagi industri F&B, dan impor barang-barang ini akan meningkatkan produktivitas maupun ekspor. Kendati demikian, impor barang setengah jadi masih belum menjadi kebijakan yang populer bagi kementerian-kementerian teknis yang mengatur sektor F&B. Kementerian Pertanian (Kementan) ingin mengurangi impor dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berencana untuk mengurangi kebergantungan pada impor barang setengah jadi untuk sektor F&B dengan memperkuat industri hulu.

Makalah ini mengusulkan enam rekomendasi kebijakan: Pertama, Kemenperin perlu meninjau ulang kebijakan substitusi impornya pada sektor F&B dan memberikan alasan mengapa target pengurangan impor dapat dikaitkan dengan target pertumbuhan industri F&B. Kedua, pemerintah perlu meninjau dampak perdagangan terhadap perusahaan manufaktur di sektor F&B. Ketiga, pemerintah perlu memisahkan data industri minyak kelapa sawit dari data industri F&B secara umum. Keempat, pemerintah perlu memperbaiki kualitas datanya serta memastikan bahwa data-data tersebut tersedia dan dapat diakses secara publik. Kelima, pemerintah perlu melakukan evaluasi yang bersifat waktu-nyata (real-time) atas kebijakan Neraca Komoditas dan kebijakan hilirisasinya . Yang terakhir, Kemenperin perlu mengevaluasi kebijakan proteksionisnya dengan menggunakan perangkat lain selain kebijakan perdagangan.

Full text
Show more arrow
 
More from this repository
Policy Reform to Lower Sugar Prices in Indonesia
Policy Reform to Lower Sugar Prices in Indonesia Image
🧐  Browse all from this repository

Metrics

  • Eye Icon 22 views
  • Download Icon 0 downloads
Metrics Icon 22 views  //  0 downloads