Mendorong Investasi di Sektor Pendidikan di ASEAN: Pendidikan Inklusif, Program-Program Pendidikan Lintas Batas, dan Pengembangan Kapasitas TIK
Декабрь 7, 2021  //  DOI: 10.35497/353776
Fatharani Taqisa Nadhira

Metrics

  • Eye Icon 50 views
  • Download Icon 0 downloads
Metrics Icon 50 views  //  0 downloads
Mendorong Investasi di Sektor Pendidikan di ASEAN: Pendidikan Inklusif, Program\u002DProgram Pendidikan Lintas Batas, dan Pengembangan Kapasitas TIK Image
Abstract

Rencana Kerja ASEAN di Bidang Pendidikan 2016-2020 (ASEAN Work Plan on Education 2016- 2020, yang selanjutnya disebut “Rencana Kerja”) disusun oleh Sekretariat ASEAN pada tahun 2016 untuk mengatur kerja sama antar negara anggota ASEAN dalam meningkatkan sektor pendidikan di kawasan ASEAN. Di dalam Rencana Kerja tersebut, terdapat 70 proyek dan kegiatan pendidikan yang dikelompokkan ke dalam 19 area prioritas di bawah delapan sub-tujuan. Dengan jumlah proyek dan kegiatan yang sebanyak itu, inisiatif ini tentu membutuhkan jumlah investasi yang cukup besar. Namun demikian, perlu dilakukan analisis lebih lanjut terkait bagaimana Rencana Kerja ini memberikan insentif untuk mendorong investasi pada sektor pendidikan. Makalah ini menganalisis apakah dan bagaimana Rencana Kerja ini mendorong investasi sektor pendidikan di negara-negara anggota ASEAN, dengan fokus pada tiga area utama: pendidikan inklusif, program-program pendidikan lintas batas, dan pengembangan kapasitas teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Rencana Kerja ini merupakan sebuah bagian dari serangkaian kegiatan yang lebih besar, yang bertujuan untuk menyukseskan Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN 2025 (ASEAN Socio-Cultural Community Blueprint 2025). Sejumlah kegiatan di dalamnya telah menunjukkan harapan dalam menarik lebih banyak investasi yang lebih baik di bidang pendidikan, seperti pembentukan proyek-proyek perbaikan pendidikan bagi anak-anak dan remaja tidak sekolah (out-of-school children and youth atau OOSCY), terutama di Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam (negara-negara CLMV); platform daring ASEAN Cyber University – Open Educational Resource (ACU-OER); dan EU Support to Higher Education in ASEAN Region (EU-SHARE). Melalui EU-SHARE, ASEAN mendapatkan Dana Hibah Uni Eropa (EU Grant) senilai total EUR 20 juta (≈ USD 23,30 juta) untuk mendukung program-program beasiswa dan kegiatan pendidikan tinggi lintas batas lainnya yang relevan.

Terlepas dari area-area yang menjanjikan tersebut, Rencana Kerja ini melewatkan sejumlah peluang investasi. Pasalnya, mengingat nilai pasarnya yang tinggi di Asia Tenggara, teknologi pendidikan (EdTech) dapat menarik lebih banyak investasi dan sepatutnya menjadi ranah yang lebih difokuskan. Selain itu, Rencana Kerja ini tidak secara eksplisit menjelaskan atau menyebut kerangka regulasi untuk investasi dalam proyek-proyek atau kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya, yang dapat meningkatkan risiko investasi buruk (modal korosif) di sektor pendidikan di negara-negara anggota ASEAN, terutama di negara-negara CLMV yang masih kurang berkembang, yang lebih rentan terhadap pengaruh-pengaruh eksternal.

Ada tiga rekomendasi yang diusulkan untuk Rencana-Rencana Kerja di masa mendatang guna meningkatkan jumlah dan kualitas investasi sektor pendidikan di ASEAN. Pertama, Sekretariat ASEAN sebaiknya tetap mengalokasikan dana khusus untuk proyek-proyek pendidikan di negara-negara anggota ASEAN yang kurang berkembang dan mendorong lebih banyak dukungan intra-kawasan ASEAN dari anggota lainnya yang lebih berkembang. Kedua, Sekretariat ASEAN sebaiknya menyusun kerangka regulasi yang lebih jelas dan spesifik terkait investasi di dalam Rencana Kerja untuk proyek-proyek pendidikan, terutama yang berhubungan dengan negara-
negara CLMV. Ketiga, Sekretariat ASEAN sebaiknya mengidentifikasi peluang-peluang yang lebih beragam dan inovatif untuk memasukkan penggunaan TIK ke dalam Rencana-Rencana Kerja di masa mendatang.

Full text
Show more arrow
 

Metrics

  • Eye Icon 50 views
  • Download Icon 0 downloads
Metrics Icon 50 views  //  0 downloads