Meningkatkan Kesiapan Kerja Lulusan SMK melalui Perbaikan Kurikulum Bahasa Inggris
Декабрь 9, 2022  //  DOI: 10.35497/558654
Latasha Safira, Nadia Fairuza Azzahra

Metrics

  • Eye Icon 77 views
  • Download Icon 0 downloads
Metrics Icon 77 views  //  0 downloads
Meningkatkan Kesiapan Kerja Lulusan SMK melalui Perbaikan Kurikulum Bahasa Inggris Image
Abstract

Kemampuan bahasa Inggris kian menjadi aspek yang banyak dituntut oleh para pemberi kerja, terlebih dengan pesatnya laju globalisasi, investasi asing, dan hubungan luar negeri di Indonesia. Banyak pemberi kerja mengatakan bahwa bahasa Inggris merupakan keterampilan yang penting di seluruh industri, baik sebagai tuntutan pekerjaan atau nilai tambah, khususnya untuk perkembangan karir dan kenaikan jabatan. Maka dari itu, peningkatan kompetensi bahasa Inggris penting untuk dilakukan, terutama pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa-siswinya agar dapat langsung memasuki dunia kerja. Keefektifan kegiatan belajar mengajar bahasa Inggris di SMK bergantung pada sikap dan persepsi guru, siswa, dan orangtua.

Secara umum, guru dan siswa setuju bahwa bahasa Inggris penting untuk meningkatkan kesiapan kerja (employability), meski tingkatnya bervariasi. Siswa SMK perlu memiliki kemampuan berbahasa Inggris sesuai dengan yang diharapkan oleh industri mereka setelah lulus, karena 70% dari lulusan SMK memilih untuk mencari pekerjaan, alih-alih melanjutkan studi ke jenjang universitas. Sayangnya, masih terdapat kesenjangan keterampilan—pemberi kerja dan guru mengungkap bahwa lulusan SMK cenderung memiliki kompetensi bahasa Inggris yang lebih rendah daripada yang dibutuhkan oleh industri. Alhasil, daya saing mereka dalam pasar tenaga kerja menurun, sehingga membatasi prospek kerja mereka.

Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap hal tersebut adalah ketersediaan guru bahasa Inggris SMK yang berkualitas. Sejumlah pemberi kerja berpendapat bahwa banyak guru bahasa Inggris sendiri belum cukup memahami kemampuan bahasa Inggris sebagaimana dibutuhkan oleh industri. Sejumlah studi juga menunjukkan bahwa guru bahasa Inggris SMK cenderung kesulitan dalam hal kompetensi mengajar dan profesionalisme, sehingga berpengaruh pada kemampuan mereka dalam mendukung dan memfasilitasi perkembangan kemampuan berbahasa Inggris siswa guna memenuhi permintaan industri.

Sementara itu, banyak guru mengatakan bahwa kekurangan dalam kurikulum 2013, keterbatasan waktu, dan kurangnya motivasi siswa menjadi tantangan-tantangan utama dalam meningkatkan kompetensi bahasa Inggris siswa. Saat ini, pelajaran bahasa Inggris di tingkat SMK masih terlalu umum dan tidak menggunakan pendekatan ESP (English for Specific Purposes atau Bahasa Inggris untuk Tujuan Khusus) yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan jurusan dan industri siswa. Faktanya, tidak ada perbedaan dalam kompetensi bahasa Inggris yang harus dicapai oleh siswa SMA dan SMK. Oleh karena itu, siswa SMK cenderung hanya mengembangkan kompetensi- kompetensi dasar bahasa Inggris, yang tentunya masih di bawah kapasitas yang dibutuhkan oleh pemberi kerja di berbagai industri. Ini mengakibatkan banyak lulusan SMK tidak siap untuk memasuki pasar tenaga kerja. Masalah ini perlu segera ditangani, terutama karena lulusan SMK dilaporkan menjadi penyumbang terbesar angka pengangguran dibandingkan lulusan tingkat pendidikan lainnya.

Untuk memfasilitasi peningkatan kemampuan berbahasa Inggris siswa dan memastikan bahwa keterampilan yang dikembangkan di sekolah sesuai dengan permintaan industri, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) harus memperhatikan bagaimana kurikulum berdampak pada pengalaman dan sikap belajar bahasa Inggris di tingkat SMK. Pendekatan ESP perlu diadopsi guna mempersiapkan siswa SMK dengan lebih baik untuk memasuki dunia kerja. Upaya ini dapat dilakukan dengan merevisi kompetensi-kompetensi dasar pelajaran bahasa Inggris di tingkat SMK (khususnya untuk memastikan bahwa kompetensi-
kompetensi tersebut berbeda dengan di tingkat SMA), mendorong kolaborasi dengan para pelaku industri dalam mengembangkan ESP untuk setiap jurusan, memastikan ketersediaan dan akses terhadap lebih banyak sumber belajar (learning resources) yang mendukung pendekatan ESP, memberikan kesempatan pelatihan bagi guru-guru SMK untuk meningkatkan pengetahuan tentang industri, serta memperbaiki infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan kemampuan berbahasa Inggris siswa di luar sekolah.

Full text
Show more arrow
 

Metrics

  • Eye Icon 77 views
  • Download Icon 0 downloads
Metrics Icon 77 views  //  0 downloads