Penyediaan Akses terhadap Pendidikan Berkualitas lewat Sekolah Swasta Berbiaya Rendah: Sebuah Studi Kasus di Koja, Jakarta Utara
August 4, 2017  //  DOI: 10.35497/271869
Theresa Sila Wikaningtyas

Metrics

  • Eye Icon 684 views
  • Download Icon 389 downloads
Metrics Icon 684 views  //  389 downloads
Penyediaan Akses terhadap Pendidikan Berkualitas lewat Sekolah Swasta Berbiaya Rendah: Sebuah Studi Kasus di Koja, Jakarta Utara Image
Abstract

Sekolah swasta mencakup 35% dari keseluruhan sekolah di Indonesia, dan di sejumlah daerah
jumlahnya melebihi sekolah negeri. Koja, sebuah wilayah miskin di Jakarta Utara, adalah salah
satu daerah tersebut – terdapat 86 sekolah swasta dan 77 sekolah negeri di sana. 51 dari 86
sekolah swasta di Koja adalah sekolah swasta berbiaya rendah, yang menerima anak-anak dari
keluarga prasejahtera. Sayangnya, di Indonesia, sektor ini belum mendapatkan perhatian yang
layak dari masyarakat. Meskipun sekolah swasta merupakan bagian dari kontribusi masyarakat
bagi pendidikan nasional di Indonesia, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang
Pendidikan Nasional, diskursus nasional akan pendidikan berfokus hampir seluruhnya pada
sekolah negeri. Sudah waktunya masyarakat mengakui peran penting pendidikan swasta dalam
melayani rumah tangga prasejahtera.
Antara akhir tahun 1960an hingga tahun 1980an, sekolah swasta berbiaya rendah menjamur di
Koja – 28 sekolah baru didirikan, dan kebijakan serta inisiatif pemerintah daerah mendukung
pertumbuhannya. Peran serta masyarakat didorong untuk melayani warga di daerah-daerah
yang tidak memiliki sekolah negeri. Sebaliknya, sepanjang tahun 1990an hingga 2000an,
jumlah sekolah swasta berbiaya rendah yang didirikan pada periode tersebut di Koja menurun
sebagai hasil dari peraturan baru dalam sistem pendidikan nasional. Tahun-tahun belakangan
ini, pemerintah meresmikan dua peraturan yang menentukan persyaratan minimum untuk
sarana dan prasarana sekolah (Peraturan Kementerian Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun
2007 dan Nomor 40 Tahun 2008). Persyaratan untuk minimal luas lahan dan ukuran bangunan
menghambat baik pendirian sekolah swasta berbiaya rendah yang baru maupun perluasan
sekolah yang sudah ada, karena keterbatasan lahan yang tersedia di daerah perkotaan yang
padat seperti Koja. Persyaratan ini harus dikaji ulang untuk menciptakan lingkungan yang lebih
kondusif dalam membantu sekolah-sekolah swasta ini dalam melayani warga miskin.
Berlawanan dengan asumsi banyak orang, kualitas pendidikan sekolah swasta berbiaya rendah
sebanding dengan sekolah-sekolah lain di area tersebut. Sekolah-sekolah swasta berbiaya
rendah di Koja telah terakreditasi A dan B oleh Badan Akreditasi Nasional. Kualitas sekolah juga
ditunjukkan lewat banyaknya prestasi dari kegiatan ekstrakurikuler di tahun-tahun belakangan
ini. Dengan kata lain, para orang tua menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah ini
karena anggapan akan kualitasnya. Sayangnya, para orang tua murid belum terdorong untuk
berperan serta dalam proses pengambilan keputusan di sekolah, sehingga mereka tidak terlibat
sejauh yang mereka sebenarnya mampu. Orang tua murid harus didukung untuk berperan serta
dalam proses pengambilan keputusan sekolah dengan cara-cara yang lebih luas daripada yang
telah diatur dalam peraturan tentang komite sekolah (Peraturan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016).

Full text
Show more arrow
 

Metrics

  • Eye Icon 684 views
  • Download Icon 389 downloads
Metrics Icon 684 views  //  389 downloads